Oleh: J. Manuputty
Berbagai macam upaya yang
telah dilakukan oleh pemerintah guna membangun bangsa ini dari keterpurukan
saat ini, hampir dari semua segi kehidupan,sosial,budaya, sampai dengan
Pendidikan namaum kenyataan yang terjadi,ternyata masih jauh dari apa yang di
harapkan bersama,menyadari hal ini,saya terpanggil untuk mengingatkan
saudara-saudaraku yang saat ini menyandang gelar Guru, selama perjalanan
kedinasan kita ada yang sudah dilakukan namun bila di kaji secara mendalam
ternyata masih banyak yang belum kita kerjakan bahkan lakukan dalam tugas
rutinitas kita bersama. Mutu pendidikan yang kita sandang saat ini masih jauh
bahkan belum sesuai yang diinginkan,
tidak disangkal bahwa mutu pendidikan bercermin dari mutu sumber daya manusia
(SDM), SDM kita saat ini belum banyak menghasilkan dampak secara positif,
sehingga mutu pendidikanpun dikatakan masih rendah, Pertanyaan kita mengapa
demikian ?. masih banyak masyarakat yang beranggapan bahwa keberhasilan
Pendidikan hanya di ukur oleh hasil tes,dan apabila hasil ujian nasional
(UN)baik, maka dianggap sudah berhasil mendidik anak2nya,atau apabila suatu
sekolah banyak menghasilkan/meluluskan peserta didiknya maka sekolah tersebut
dianggap sekolah favorit dan dampaknya banyak di serbu orang tua untuk
menyekolahkan anaknya,hal seperti ini yang banyak di mengerti oleh orang tua
bahkan sebagian masyarakat,terkadang karena keinginan orang tua untuk memasukan
anaknya di sekolah favorit maka tidak sedikit orang tua harus mengeluarkan uang
ekstra untuk menitipkan anaknya pada bimbingan belajar yang melakukan latihan2
menjawab soal2 baik UN maupun SPMB.
Proses
pembelajaran di dalam kelas kurang mendapat perhatian dari orang tua, yang
penting anaknya naik kelas atau berhasil Lulus UN, disisi lain guru beranggapan
tugasnya hanya mentransfer pengetahuan yang dimiliki guru pada peserta didik
dengan target terselesainya topik yang tertulis dalam dokumen kurikulum kepada
anak. Masih banyak guru yang belum memberikan inspirasi kepada peserta didik
untuk berkreasi dan tidak melatih peserta didik untuk hidup secara
mandiri.proses pembelajaran yang terjadi di kelas tidak ada yang tahu kecuali
guru itu sendiri bahkan lebih menyedihkan lagi guru hanya mempersiapkan dokumen
administrasinya apabila terdengar kalau ada pengawas mau melakukan kunjungan ke
sekolah (Supervisi), semoga tidak seperti ini dan bila hal ini terjadi itu
berarti bahwa selama ini kita kurang memperhatikan pentingnya proses
pembelajaran di dalam kelas, Hasil tes merupakan dampak dari proses
pembelajaran di kelas. Saat ini kehadiran guru yang aktif dalam mengaktifkan
peserta didik, guru dengan kesediaan menjadi pendorong terjadinya student
learning yang mampu menghadirkan suasana belajar yang menarik dan menyenangkan
sangat di tunggu saat ini. Guru yang tampil memotivasi sehingga menjadikan
peserta didik “haus” belajar sangat dinantikan.
Hadirnya
guru bukan pengajar tetapi pembelajar sangat di dambakan, sangat di
idam-idamkan Guru tersebut adalah Guru masa Kini.Guru masa kini adalah guru
yang menerapkan pembelajaran masa kini ,demikian yang dikatakan Dra. Endang Sadbudhy
Rahayu.MBA dalam bukunya Pembelajaran Masa Kini. Seiring dengan perkembangan
IPTEK, pengetahuan Guru harus selau disegarkan, melalui kegiatan2 seminar atau
forum diskusi ilmiah hal ini merupakan media untuk penyerapan pengetahuan guru
baik materi, subyek maupun paedagogik, sayangnya hal ini jarang dilakukan di
daerah ini dan bila ada hanya terbatas pada kompetensi tertentu saja. Tidak
semua guru yang sudah memanfaatkan fasilitas ITC.(Infornation Communication
Technology) yang ada di sekolah untuk meningkatkan pengetahuannya. Demikian
ulasan yang di tuangkan dalam buku lesson study (suatu strategi untuk
meningkatkan keprofesional pendidik.)
UU
RI No.14 Tahun 2005 tentang guru dan dosen, menuntut agar guru menjadi seorang
Profesional,yang memiliki kompetensi (pasal
10 ayat 1) Kompetensi yang dimaksud adalah Kompetensi Padagogik,Kepribadian,
Sosial dan Kompetensi Profesional.
Kompetensi2 yang harus di tingkatkan yaitu kompetensi Padagogik dan kompetensi Profesional sedangkan dua
kompetensi yang lain sangat dimengerti dan dimiliki oleh semua Guru,dan dua
kompetensi yakni sosial dan kepribadian sudah terukur dan teruji di tengah
masyarakat.
Hal inilah yang seharusnya menjadi
perhatian dan catatan kita bersama.Kompetensi padagogik secara garis besar
berbicara bagaimana seorang guru dapat mengatur jalannya proses pembelajaran di
dalam kelas (sebagai seorang sutradara) sedangkan kompetensi Profesional secara
garis besar memahami dan menguasai apa yang telah diatur untuk dilaksanakan didalam
kelas(sebagai seorang scenario) hal inilah yang belum dijalankan oleh guru saat
ini, guru masih terbelit dengan hal2 yang bukan sebenarnya di pikirkan untuk
proses pembelajaran di kelas.
Bila
kita pelajari dan ingat kembali tentang PP RI No.19 tahun 2005 tentang standard
Nasional Pendidikan. Ini berarti bahwa Pendidikan di Indonesia sudah punya
standard minimal yang telah di tetapkan oleh BSNP, bila standard minimal kita
belum mampu penuhi,maka apa yang harus kita harapkan dari pendidikan di bumi
raja-raja ini, sudah banyak upaya pemeritah yang dilakukan demi peningkatan
mutu guru lewat pelatihan, sayangnya usaha ini kurang memberikan dampak secara
positif terhadap peningkatan mutu Guru.Pertanyaannya mengapa demikian ?,
jawabannya sangat banyak namun,kita bisa lihat dari 2 hal pertama,pelatihan
tidak berbasis pada permasalahan di dalam kelas materi yang di sampaikan tanpa
melihat dan mengenal budaya asal daerah, pada hal kondisi sekolah di masing2
daerah berbedah2 tidak sama satu dengan yang lain dan yang kedua hasil
pelatihan hanya menjadi pengetahuan saja belum di tarapkan pada pembelajaran di
dalam kelas ataupun diterapkan hanya sekali saja atau dua kali saja selanjutnya
kembali seperti biasa lagi apalagi tidak ada kegiatan monitoring untuk
mengevaluasi kegiatan tsb.dan masih banyak lagi yang belum kita perbuat.
Sebagai
Guru (PNS) kita telah diberikan berbagai macam kemudahan sampai terakhir ada
yang telah mendapatkan tunjangan Profesi, namun hasilnya belum ada dampak yang
positif dari semuanya itu. Kita masih
bekerja dan melakukan tugas secara konvensional belum membuktikan diri kita
sebagai seorang professional,banyak teman teman guru masih tetap berjuang untuk
mendapatkan predikat yang kita sandang saat ini yakni PNS dan mereka setia dan
gigih melakukan tugas yang sangat mulia ini tanpa pamrih ada yang sudah 5 tahun
bahkan ada yang sampai belasan tahun dan puluhan tahun mereka tetap mengabdi
walaupun upah yang diterima tidak seberapa dari hasil sebulan kita, namum mereka
tetap dengan setia sambil berdoa dan mengharapkan dapat diterima sebagai PNS
dan selalu tampil beda, mengajar penuh semangat serta dedikasi tinggi namun
tidak putus asah, inilah yang selalu di jalani demi mencari jati diri sebagai
seorang guru walaupun hanya dibajar dengan honor. Sekarang pertanyaan bagi Sebagai
Guru (PNS) masih kurangkah upah yang kita terima ataukah ada hal lain yang
selalu menghambat dalam melakukan tugas Profesi kita sebagai Guru ? ataukah
kita sudah puas dengan apa yang di rasakan saat ini ? pertanyaannya apakah
angka kelulusan UN tahun ini dapat mencerminkan kerja kita, semoga kita kembali
melihat ke ruang kita masing2 sambil merenungkan apa mengapa dan bagaimana
memulai menata kembali kerja dan tugas kita di tahu ajaran yang baru,dan tugas
berat kita kedapan adalah mempersiapakan siswa menghadapi UN, semoga di tahun
yang baru dengan Pemimpin yang baru kita bangkit untuk menata dan meningkatkan
Pendidikan di daerah bumi raja-raja ini, bahasa yang sederhana di berikan pada
kita semua untuk direnungkan Yakni : “ Ketika Matahari
bertanya Pada Tuhan : “Untuk siapa aku bersinar? "Bulan juga bertanya: "Untuk
siapa aku bercahaya"?,Pelangipun bertanya:"untuk siapa keindahanku”?
dan Angin ikut bertanya:"untuk siapa aku berhembus"? kini kita
kembali bertanya pada diri dan hati sendiri untuk siapa saya menjadi Guru ? dan
pasti kita akan menjawab bagi Anak2ku di Negeri raja2 ini …… GBU
Tidak ada komentar:
Posting Komentar